KARNAVAL MUHARRAM


Besok pagi, di sekolah Abank akan ada Muharram Carnaval. Dan setiap anak bersama teman2 satu kelasnya akan keliling komplek di sekitar sekolahnya dengan membawa berbagai poster bertuliskan pesan2 tahun baru Islam sambil menyanyikan sebuah lagu mengenai perjuangan Rasulullah.
Karena lagunya kurang familiar di kalangan anak2, Miss Isti, gurunya,
membagikan kertas yang didalamnya terdapat lirik yang harus dihafal anak2, agar bisa menyanyikannya saat karnaval.
Setelah mengaji, demi menjalankan pesan Miss Isti, aku mengajak abank bernyanyi lagu yang besok akan dinyanyikan bersama saat karnaval tersebut.  Ditemani Nenk yang tak henti mengganggunya (beberapa kali kertas liriknya mau diambil), Abank mencoba menyanyikan lagu yang aslinya dinyanyikan oleh group nasyid dari Malaysia, Hijaz.
Aku memang tak memaksanya untuk menghafal seluruh lirik yang menurutku panjang itu, minimal refrain nya. Selebihnya cukuplah dia paham bait2nya. Diselangi makan malam dan bercanda dengan Nenk dan Bunayya, belajar menyanyi ini dilanjutkan di atas kasur menjelang tidur.
Sebait dua bait tiga bait dan selanjutnya hingga selesai.


Kemudian dia ulangi lagi. Kemudian baru sampai pertengahan dia bilang "udah ya Bunda... Aku mau nangis nih" katanya. Matanya berair. Aku melihatnya
" Kenapa Nak?" kataku sambil membelai kepalanya
" Gak tau, aku sedih bacanya"
" Baca apaan?" ..... "Ini nak?" Tanyaku sambil menunjuk kertas lirik.
Dia mengangguk
"Apa yang bikin sedih abank?" Tanyaku. Kulihat matanya makin berair
"Aku gak tau Bunda. Aku sedih aja"
Tiba-tiba dia menelungkupkan wajahnya ke bawah bantal. Makin lama tubuhnya bergetar. Makin kesini makin terdengar tangisnya. Dalam hati aku bicara "seriusan nih bocah nangis?"
Makin lama makin keras getaran tubuhnya, makin kencang tangisnya .
"Abank knp Bunda?" Tanya Nenk yang tiba-tiba terbangun, mungkin karena mendengar abanknya menangis. Padahal nenk sudah memasuki masa alpha, masa hilangnya kesadaran, terbang ke alam mimpi.
"Abank kangen Rasulullah Nenk!"  Kataku. Mendengar hal tersebut si abank tangisnya makin menjadi.



Tiba-tiba aku terenyuh. Aku belum pernah sebegitunya,seperti abank ke Rasulullah. Bocah ini. Anak ini. “Apakah dia seserius itu?” aku belai kepalanya, aku kecup. Air mataku jatuh. “astaghfirullah!” bahkan, rinduimu pun aku tak pernah, Rasulullah.  
"Aku kalo bobo juga sama Rasulullah, diajak naik unta" kata Nenk polos mengambil kesadaraku. Kebiasaanku sebelum anak2 tidur adalah mengucapkan selamat bobo, mimpi indah bertemu dengan rasulullah y. Nah suatu kali aku tanya ke nenk, kalau ketemu Rasulullah nenk mau apa. Dia bilang mau naik unta bersama Rasulullah. Hehehe. Nah, itulah yang diucapkannya barusan.
Lanjut ke Abank.
Abank masih menangis, aku elus2 kepalanya, aku bacakan shalawat nabi dengan lagu paling sendu (makin jadi tangisnya. Aku juga. Ikutan) sedih karena kalah dengan bocah usia 8 tahun.
Akhirnya aku tanya ke abank. Biasanya kalau lagi nangis dia gak akan jawab, apapun bentuk pertanyaan itu, tapi tidak dengan malam ini
"Abank knp sayang?" Sambil mengelus kepalanya
"Gak Tau bunda, aku sedih aja" setalh dia mencoba meredakan tangisnya.
"Dulu, selesai mandi di kamar bunda, pas aku buka lemari bunda, aku nangis baca kertas yang dipintu lemari bunda"

Astaghfirullah. Hatimu Nak….
Aku yakin dia tidak sebegitu paham sepenuhnya dengan lirik yang harus dinyanyikan saat karnaval, dia juga tidak sepenuhnya mengerti puisi yang aku tempel di pintu lemari. Yang aku tahu, itu pasti hatinya. Hatinya yang tersentuh dengan kata-kata yang ditulis penulis dengan hati. Sesuatu yang datang dari hati, pasti sampai ke hati.
Anak ini begitu dalam punya rasa. Begitu sensitif berasa. Anak ini yang dulu aku tanam dan aku berharap memang untuk memiliki hati seperti ini. Subhanallah Abank... titip ya Allah.titip. titiiip. Aku Gak bisa menjaganya kecuali dengan bantuanMu. Please Allah.. titip y.


28.10.2015
23:56 di antara abank and nenk yang tengah asyik bermain dengan Rasulullah di mimpinya.

Komentar