Waktu Ibu Hamil,
Melebihi Pedangnya Tajam dan Kemilaunya Emas
"Waktumu itu bisa menjadi lebih mulia dari kemilau emas atau bahkan bisa lebih tajam dari pedang?"
"Maksud Ibu?"
"Ya… maksud ibu, kamu harus lebih aktif dan fokus menggunakan tiap detik yang kamu lewati, lebih dari orang-orang biasa. Sebab kamu punya tanggung jawab terhadap nyawa baru. Bukan sembarangan."
"Sebab, hidup dan matinya janin dalam kandungan, cerdas tidaknya, baik buruknya, semua tergantung bagaimana ibunya. Karena janin sudah bisa dibentuk mulai dari dalam kandungan!"
"Iya, aku sudah paham itu kok Bu…! Makanya, sesuai dengan saran ibu, aku selalu membaca Al-Qur'an biar anakku menjadi generasi yang terbiasa mendengar Al-Qur'an dan mampu menjadi insan Qur'ani."
"Bukan sekedar itu?"
"Apalagi ibu…?"
"Kamu juga sudah harus terbiasa berbicara dengannya. Meskipun ia tidak menjawab secara langsung, ia bisa mendengar dan menjawab semua pertanyaanmu dengan caranya sendiri."
"Iya… aku paham?"
"Maksud ibu, kamu jangan kebanyakan tidur… Kalau pagi tidur, siang tidur, kapan waktu mencetak generasi Qur'aninya? Kalau badanmu merasa lemas, coba banyak-banyaklah minum susu. Toh sudah banyak tersedia di toko; tinggal pilih kamu suka rasa apa? Dan jangan lupa lihat daftar gizi yang paling lengkap ya!" Katanya sambil menyudahi telphonnya.
Aku kaget ditambah malu yang bukan main. Dari mana ibu tahu, kalau waktu hamilku kebanyakan aku isi dengan tidur –nikmat dan satu-satunya caraku menghabiskan waktu?
Habis, semua orang memanjakanku. Suamiku sudah memintaku cuti semenjak kehamilanku berumur 2 minggu. Bahkan dengan baiknya, ia menyewa seorang pembantu rumah tangga yang siap menyelesaikan semua pekerjaan rumah tanggaku.
Tetapi, betul juga kata ibu. Perempuan hamil jika tidak pandai-pandai menggunakan waktu, sia-sialah semua. Malah, salah-salah stress bisa menimpa, yang juga akan berakibat buruk bagi si janin. Apalagi kalau sebelumnya bekerja, kemudian lantaran suami dan keluarga memerintahkan untuk cuti, demi menjaga kandungan, apalagi jika ini pengalaman pertama, cucu pertama, keponakan pertama dan tentunya anak pertama.
Alhamdulillah, aku memiliki suami yang sadar betul keadaan istrinya; paling paham kegembiraanku; kekalutanku bahkan kesepianku. Makanya, ketika dia memintaku untuk cuti dari pekerjaanku, tidak serta merta dia membiarku teronggok di rumah tanpa kegiatan. Dia banyak membelikanku buku-buku; novel, chicken soup, panduan ibu hamil, pandungan mendidik anak sejak dalam kandungan, panduan hamil yang menyenangkan, dan juga tak ketinggalan panduan memasak.
Oleh karena itu, benar sekali kalau orang bijak pernah bilang bahwa pengetahuan kita adalah apa yang kita baca. Dan sumpah, sampai detik ini, aku yakin sekali, dengan membaca buku, orang lebih banyak mendapatkan manfaatnya daripada kerugiannya.
* * * * *
Hari ini, kehamilanku berumur 20 minggu. Baru saja melahap buku Masaru Emoto tentang keajaiban air. Suami yang memintaku untuk membacanya. Dengan iming-iming bahwa buku ini bagus sekali. Air yang selama ini kita anggap sebagai pelengkap kehidupan secara biasa-biasa saja, ternyata mampu merespon semua yang kita lakukan, ucapkan bahkan baru kita niatkan.
Dengan perasaan penasaran, akhirnya dengan terpaksa aku tunda mengkhatamkan chicken soup-ku dan aku beralih ke bukunya Masaru Emoto.
Subhanlallah! Mengejutkan! Amazing! Di tengah-tengah aku membaca buku itu, banyak pengalaman luar biasa yang bisa aku temukan di dalamnya. Air, bukan hanya sekadar untuk minum, mandi, mencuci, dll. Bahkan Air jauh lebih banyak lagi manfaat dari itu semua. Ia adalah penerima yang sangat baik. Air bisa dengan sangat baik merespon semua tindakan kita padanya. Seperti manusia. Subhanallah!
Contohnya, ketika kita mengucapkan kata-kata yang indah, air itu bisa membentuk kristal yang sangat indah. Hal lain lagi terjadi, air bisa berbentuk sangat buruk bila kita mengucapkan kata-kata kasar atau tidak berguna.
Setelah itu, menghilangkan penat sehabis membaca, aku memutar radio, kucari lagu yang pas untuk menemani waktuku. Melly Guslaw dengan Bunda-nya mengalun-ngalun membuaiku dan janinku.
"Tubuh orang dewasa, 75 % nya adalah air, sedangkan bayi di dalam perut 90 % nya adalah air." Begitu kata pembawa acara setelah lagu Melly Guslaw selesai diputar.
Aku tercengang mendengar hal itu. Jadi langsung teringat dengan bukunya Masaru Emoto yang belum khatam. "Air yang kita minum saja, bisa merespon apa yang kita lakukan padanya, apalagi air yang seyogyanya diberi ruh oleh penciptanya di dalam perutku ini." Gumamku dalam hati dengan sambil mengelus-elus perutku yang kian membesar.
Selanjutnya, dengan penuh kasih dan sayang, sambil tetap mengelus-elus janinku, aku coba mengajaknya untuk berdialog dan bercengkerama, tentunya dengan perantara air.
"Halo… gumpalan air di dalam sana… sedang apa kamu?" kataku senang sambil membelai gundukan perutku.
Dan air mataku langsung menetes, ketika janinku bergerak. Ia meresponku, seakan menjawab pertanyaanku. Dia baik-baik saja. Senang di dalam rahimku.
Kian deras air mataku, di antara keajaiban air, perempuan adalah makhluk yang dipercayai-Nya untuk diamanahi air suci nan penuh mukjizat di dalam rahimnya. Dan aku salah satu dari perempuan itu. Subhanallah. Terima kasih Allah. Biarkan aku sanggup menerima amanah ini.
Kuambil dan kuhayati kembali buku yang berjudul "The True Power of Water" itu. Subhanallah, hanya dengan berlaku positif dan mengatakan yang baik-baik serta mendoakan sambil membelai lembut si janin yang berupa gumpalan air itu, bisa menjadikan manusia unggul di masa yang akan datang. Mahasuci Engkau Ya Allah, yang telah menciptakan hidup ini begitu banyak mengandung hikmah. Buat kami selalu tak malas untuk menggalinya. Bantu kami Allah. Termasuk untuk menggali hikmah dari dititipkannya air suci di rahim kami ini. Terima kasih Allah.[]
Pondok Kelapa, 10 Juli 2007
Minggu yang ke 35 dari Kehamilanku
Melebihi Pedangnya Tajam dan Kemilaunya Emas
"Waktumu itu bisa menjadi lebih mulia dari kemilau emas atau bahkan bisa lebih tajam dari pedang?"
"Maksud Ibu?"
"Ya… maksud ibu, kamu harus lebih aktif dan fokus menggunakan tiap detik yang kamu lewati, lebih dari orang-orang biasa. Sebab kamu punya tanggung jawab terhadap nyawa baru. Bukan sembarangan."
"Sebab, hidup dan matinya janin dalam kandungan, cerdas tidaknya, baik buruknya, semua tergantung bagaimana ibunya. Karena janin sudah bisa dibentuk mulai dari dalam kandungan!"
"Iya, aku sudah paham itu kok Bu…! Makanya, sesuai dengan saran ibu, aku selalu membaca Al-Qur'an biar anakku menjadi generasi yang terbiasa mendengar Al-Qur'an dan mampu menjadi insan Qur'ani."
"Bukan sekedar itu?"
"Apalagi ibu…?"
"Kamu juga sudah harus terbiasa berbicara dengannya. Meskipun ia tidak menjawab secara langsung, ia bisa mendengar dan menjawab semua pertanyaanmu dengan caranya sendiri."
"Iya… aku paham?"
"Maksud ibu, kamu jangan kebanyakan tidur… Kalau pagi tidur, siang tidur, kapan waktu mencetak generasi Qur'aninya? Kalau badanmu merasa lemas, coba banyak-banyaklah minum susu. Toh sudah banyak tersedia di toko; tinggal pilih kamu suka rasa apa? Dan jangan lupa lihat daftar gizi yang paling lengkap ya!" Katanya sambil menyudahi telphonnya.
Aku kaget ditambah malu yang bukan main. Dari mana ibu tahu, kalau waktu hamilku kebanyakan aku isi dengan tidur –nikmat dan satu-satunya caraku menghabiskan waktu?
Habis, semua orang memanjakanku. Suamiku sudah memintaku cuti semenjak kehamilanku berumur 2 minggu. Bahkan dengan baiknya, ia menyewa seorang pembantu rumah tangga yang siap menyelesaikan semua pekerjaan rumah tanggaku.
Tetapi, betul juga kata ibu. Perempuan hamil jika tidak pandai-pandai menggunakan waktu, sia-sialah semua. Malah, salah-salah stress bisa menimpa, yang juga akan berakibat buruk bagi si janin. Apalagi kalau sebelumnya bekerja, kemudian lantaran suami dan keluarga memerintahkan untuk cuti, demi menjaga kandungan, apalagi jika ini pengalaman pertama, cucu pertama, keponakan pertama dan tentunya anak pertama.
Alhamdulillah, aku memiliki suami yang sadar betul keadaan istrinya; paling paham kegembiraanku; kekalutanku bahkan kesepianku. Makanya, ketika dia memintaku untuk cuti dari pekerjaanku, tidak serta merta dia membiarku teronggok di rumah tanpa kegiatan. Dia banyak membelikanku buku-buku; novel, chicken soup, panduan ibu hamil, pandungan mendidik anak sejak dalam kandungan, panduan hamil yang menyenangkan, dan juga tak ketinggalan panduan memasak.
Oleh karena itu, benar sekali kalau orang bijak pernah bilang bahwa pengetahuan kita adalah apa yang kita baca. Dan sumpah, sampai detik ini, aku yakin sekali, dengan membaca buku, orang lebih banyak mendapatkan manfaatnya daripada kerugiannya.
* * * * *
Hari ini, kehamilanku berumur 20 minggu. Baru saja melahap buku Masaru Emoto tentang keajaiban air. Suami yang memintaku untuk membacanya. Dengan iming-iming bahwa buku ini bagus sekali. Air yang selama ini kita anggap sebagai pelengkap kehidupan secara biasa-biasa saja, ternyata mampu merespon semua yang kita lakukan, ucapkan bahkan baru kita niatkan.
Dengan perasaan penasaran, akhirnya dengan terpaksa aku tunda mengkhatamkan chicken soup-ku dan aku beralih ke bukunya Masaru Emoto.
Subhanlallah! Mengejutkan! Amazing! Di tengah-tengah aku membaca buku itu, banyak pengalaman luar biasa yang bisa aku temukan di dalamnya. Air, bukan hanya sekadar untuk minum, mandi, mencuci, dll. Bahkan Air jauh lebih banyak lagi manfaat dari itu semua. Ia adalah penerima yang sangat baik. Air bisa dengan sangat baik merespon semua tindakan kita padanya. Seperti manusia. Subhanallah!
Contohnya, ketika kita mengucapkan kata-kata yang indah, air itu bisa membentuk kristal yang sangat indah. Hal lain lagi terjadi, air bisa berbentuk sangat buruk bila kita mengucapkan kata-kata kasar atau tidak berguna.
Setelah itu, menghilangkan penat sehabis membaca, aku memutar radio, kucari lagu yang pas untuk menemani waktuku. Melly Guslaw dengan Bunda-nya mengalun-ngalun membuaiku dan janinku.
"Tubuh orang dewasa, 75 % nya adalah air, sedangkan bayi di dalam perut 90 % nya adalah air." Begitu kata pembawa acara setelah lagu Melly Guslaw selesai diputar.
Aku tercengang mendengar hal itu. Jadi langsung teringat dengan bukunya Masaru Emoto yang belum khatam. "Air yang kita minum saja, bisa merespon apa yang kita lakukan padanya, apalagi air yang seyogyanya diberi ruh oleh penciptanya di dalam perutku ini." Gumamku dalam hati dengan sambil mengelus-elus perutku yang kian membesar.
Selanjutnya, dengan penuh kasih dan sayang, sambil tetap mengelus-elus janinku, aku coba mengajaknya untuk berdialog dan bercengkerama, tentunya dengan perantara air.
"Halo… gumpalan air di dalam sana… sedang apa kamu?" kataku senang sambil membelai gundukan perutku.
Dan air mataku langsung menetes, ketika janinku bergerak. Ia meresponku, seakan menjawab pertanyaanku. Dia baik-baik saja. Senang di dalam rahimku.
Kian deras air mataku, di antara keajaiban air, perempuan adalah makhluk yang dipercayai-Nya untuk diamanahi air suci nan penuh mukjizat di dalam rahimnya. Dan aku salah satu dari perempuan itu. Subhanallah. Terima kasih Allah. Biarkan aku sanggup menerima amanah ini.
Kuambil dan kuhayati kembali buku yang berjudul "The True Power of Water" itu. Subhanallah, hanya dengan berlaku positif dan mengatakan yang baik-baik serta mendoakan sambil membelai lembut si janin yang berupa gumpalan air itu, bisa menjadikan manusia unggul di masa yang akan datang. Mahasuci Engkau Ya Allah, yang telah menciptakan hidup ini begitu banyak mengandung hikmah. Buat kami selalu tak malas untuk menggalinya. Bantu kami Allah. Termasuk untuk menggali hikmah dari dititipkannya air suci di rahim kami ini. Terima kasih Allah.[]
Pondok Kelapa, 10 Juli 2007
Minggu yang ke 35 dari Kehamilanku
Komentar
Posting Komentar