DARI SWTD UNTUK SWTD

JANGAN MATI SEBELUM MENJADI PENULIS


Saya dan Nasywa adalah teman satu kelas saat kuliah di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001. Sama seperti yang lain, selain kuliah kami juga memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Saya pribadi suka dengan aktivitas keorganisasian dan Nasywa sejak awal sudah terlihat jiwa bisnisnya. Tak ayal, di antara yang lain, hanya Nasywa yang ketika masih kuliah sudah bisa membawa mobil milik sendiri hasil dari kegigihannya dalam berbisnis.

Nasywa itu pintar bicara. Gayanya berbicara mampu membuat orang-orang terbawa arusnya dan mengikuti apa yang menjadi tujuannya. Saya adalah salah satu orang yang selalu percaya apapun yang dikatakan Nasywa dan saya siap ikut kemanapun dia mengajak. Di antaranya yaitu saat ia bisnis MLM (multi level marketing) saya manjadi downlinenya. Namun, saya tidak bertahan lama karena memang jiwa saya tidak di situ. Kemudian, suatu hari Nasywa menyatakan ingin ikut organisasi di mana saya berkecimpung aktif di dalamnya. Nasywa sempat ikut training, namun Nasywa tidak bertahan lama, karena memang jiwanya tidak di situ.

Selang beberapa semester kuliah, Nasywa mengambil pelajaran tambahan di Kampus Darussunnah International Institute for Hadits Sciences milik K.H. Ali Mustafa Ya’kub (Allahu yarham). Saya pun mengekor, bedanya, Nasywa menjadi mahasiswa legal melalui test dan tinggal di asrama, saya menjadi mahasiswa ilegal (tanpa test) yang tinggal di kos samping Darussunnah. Karena ilegal tersebut, saya hanya bisa mengaji di saat subuh, dan tentu saja ilmu yang saya dapatkan tidak sebanyak yang diraih Nasywa dan teman-teman lain yang tentunya legal. Namun, baik Nasywa maupun saya tidak bertahan di sini, karena masing-masing kami memiliki prioritas yang memang harus lebih diutamakan.

Saat di Darussunnah, di sebuah subuh saat mengaji, ada satu pesan yang sangat kuat yang hingga kini mengakar di ingatan dan menjadi prinsip hidup saya. Saat itu K.H. Ali Mustafa Ya’kub (allahu yarham) mantan Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut berpesan wala tamuutunna illa wa antum katibun, yang artinya janganlah kamu mati, sebelum menjadi penulis. Dari situ saya mulai mencari maknanya dan perlahan mulai mempelajari ilmu menulis. Alhmadulillah, setelah itu ada saja jalan untuk belajar menulis, hingga bertemu dengan komunitas FLP (Forum Lingkar Pena) Jakarta. Selang dua tahun, saya dipercaya menjadi Ketua FLP Ciputat. Alhamdulillah, cerpen, puisi, karya ilmiah, sudah mulai masuk beberapa majalah lokal dan nasional. Berkali-kali saya memberanikan diri ikut lomba menulis, alhamdulillah banyak gagalnya yang membuat saya kecewa. Namun saya belajar terus, hingga kemudian beberapa kali menang dan bahkan ada salah satu lomba yang hadiahnya bukan hanya uang dan piagam, namun juga diterbitkannya buku. Alhamdulillah.

Lalu bagaimana dengan Nasywa? Sejak sama-sama tidak di Darussunnah, dan kuliah sudah masuk semeseter akhir, kami sudah jarang bertemu, kami sibuk dengan urusan skripsi dan prioritas masing-masing.

 

DARI SWTD UNTUK SWTD

Setelah lulus kuliah, saya dan Nasywa lama tak saling berkabar, hanya sesekali saling mengomentari status WA dan sesekali berkunjung. Nasywa telah menikah dan dianugrahi tiga putri dan makin sukses dengan bisnisnya, saya juga telah menikah dengan (saat itu) dua anak dan berkecimpung di dunia kerja yang berkaitan dengan tulis menulis, di mana pesan K.H. Ali Mustafa Ya’kub saya belajar aplikasikan dengan sungguh-sungguh.

Kemudian, di suatu hari di awal tahun 2020, saya melihat status WA Nasywa terkait Riyadhoh 40 hari. Awalnya saya berfikir, apaan sih nih si Nasywa? Namun setelah dia posting kedua atau ketiga kalinya saya seperti terpancing untuk gabung di group itu.

Alhamdulillah, akhirnya dengan bekal kepercayaan saya kepada Nasywa sejak kuliah, Saya menjadi salah satu anggota Part 1 SWTD di mana Nasywa menjadi Mentor sekaligus Adminnya. Bersyukur bukan main saya bisa bergabung di group tersebut. Nasywa yang saya kenal dulu dengan yang sekarang sungguh jauh berbeda. Dari yang sangat “gila” dengan bisnis kini menjadi sangat Allah centered, apa-apa Allah, apa-apa untuk Allah, apa-apa karena Allah.  

Setelah bergabungnya saya di SWTD, saya dan Nasywa semakin dekat, saya pribadi beberapa kali berkunjung ke rumahnya, begitu pun dia.

Setelah riyadhoh part 1 selesai, Nasywa membuka part selanjutnya, alhamdulillah semakin banyak pengikutnya, semakin banyak orang yang ingin menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup, sebagai satu-satunya sandaran hidup.

Melihat semakin banyaknya anggota, saya dengan suatu keyakinan memantapkan diri untuk membantu Nasywa di SWTD, padahal saya tidak tahu mau membantu apa, tapi keinginan untuk membantu itu sangat kuat, saya utarakanlah niat tersebut saat itu ke Teh Suci (admin senior yang juga kawan lama saya di FLP, kami dipertemukan oleh SWTD). Teh Suci kemudian menyampaikan ke Nasywa terkait niat saya tersebut, Alhamdulillah, saya kemudian dipercaya menjadi admin di part 10 bersama Teh Suci dan Teh Nira.

Seiring berjalannya waktu, kini, selain menjadi admin, Nasywa juga meminta saya untuk mengedit quotes karya anggota SWTD sebelum dipublish. Alhamdulillah, semua berjalan baik dan lancar, saya banyak belajar di SWTD.

Lalu, di sebuah siang, Nasywa WA saya, ngasih tugas baru tepatnya, yaitu membuat kelas menulis khusus untuk anggota SWTD. Tentu saja saya bingung, kemampuan sebanyak apa yang saya miliki sehingga harus dibagi kepada yang lain. Sebagus apa tulisan saya sehingga harus mau mengajarkan orang, semampu apa saya untuk menjadi mentor? Lalu apa yang harus saya sampaikan, apa yang harus saya ajarkan, saya bingung. Namun, akhirnya setelah fikir sana sini, Bismillah, saya iyakan tawaran tersebut. Bismillah. Bismillah. Ketika niat baik sudah terpatri, yakinlah, kekuasaan Allah pasti akan memudahkan semuanya.

Melalui kelas menulis, Nasywa ingin para anggota SWTD bisa berdakwah melalui beragam cara, termasuk lewat tulisan.

Namun ternyata, sebelum Nasywa menginformasikan kelas menulis ke saya, dia sudah merencanakan untuk membuat buku sendiri, dia ingin menerbitkan buku, dia ingin mengaplikasikan pesan K.H.Ali Mustafa, dia ingin mati dalam keadaan sudah menjadi penulis. Dia ingin amalnya jariah. Padahal, kalau menurut saya pribadi tanpa menjadi penulispun, amal jariah Nasywa sudah luber, sudah tidak tertampung. Bagaimana tidak, setiap ilmu yang disebarnya di SWTD, kemudian ilmu itu diaplikasikan oleh semua anggota yang jumlah semakin bertambah, apakah ini tidak membuat Malaikat kecapean menulis amal  jariahnya? Hehe. Namun ternyata, Nasywa ingin mengamalkan ayat (QS. 61:3) yang berbunyi Kabura maqtan ‘indallahi an taquulu mala taf’aluun, artinya “amat besar kebencian di sisi Allah, bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” MasyaAllah tabarakallah, semoga Allah memudahkan semua niat baiknya. Aaamiiin.

Insyaallah, bersama Teh Marni, Dosen cantik nan baik hati (alumnus SWTD part 2) kami akan memulai Kelas Menulis pada hari selasa 1 Juni 2021. Kami akan dibantu oleh Asisten Mentor yaitu Teh Nurul Lailati, penulis buku "Kamu Ingin Bahagia? Maafkanlah Dia" dan Teh Dewi, penulis kumpulan cerpen yang juga bekerja di  Pemerintah Daerah Bogor. Selain itu kami juga dibantu oleh para admin yang super kece yaitu Teh Wida dan Teh Fika.

Insyaallah, dari SWTD untuk SWTD. Niat untuk berdakwah melalui tulisan akan semakin terbuka jalannya. Bismillah.

“Janganlah Kamu Mati, Sebelum Kamu Menjadi Penulis.”

 

salam, yang selalu faqir dan nadir

Azzah Zain Al Hasany

27 Mei 2021

 

Komentar

  1. Subhanalloh...walhamdulillah...segala puji hanya milik alloh swt. Aku sangat beruntung skali bs mengenal dan masuk k swtd ini dan bertemu (wlpn didunia maya 🤗)dgn org" hebat yg sholehah
    Barokalloh swtd....👍👌💪

    BalasHapus
  2. Bundaa... Pelukkk 💕💕💕💕

    BalasHapus
  3. Masya Allah luar biasa bu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga Allah memudahkan kita untuk bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang ya teh

      Hapus
  4. Maa syaa Allah teteh,semoga saya bisa mengikuti jejak teteh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin ya Rabb... semoga Allah memudahkan kita untuk memaksimalkan potensi yang Allah titipkan pada kita ya teh

      Hapus
  5. Masya Allah tabarakallah tth❤ ... #shanty part 40

    BalasHapus
    Balasan
    1. barakallah lanaaaa.... salam kenal teh Shanty

      Hapus

Posting Komentar