Setiap kelahiran memiliki ceritanya sendiri. Hal ini sangkut menyangkut laiknya bayi dengan plasentanya.
Kurang lebih 10 tahun, saya dan suami menanti
kehadiran anak ketiga. Beragam ketidakmungkinan dan ketidakpastian yang
melengkapi, bagi kami adalah cara Tuhan agar kami makin percaya pada-Nya, hanya
percaya pada-Nya.
Kehadiran anak ketiga yang kami beri nama Mafaza
Putri Raihana ini adalah bukti bahwa ketika kita pasrah berserah hanya
pada-Nya, percaya hanya pada-nya, semua yang di luar dugaan akan menjadi dalam
dugaan. bismillah, begini ceritanya:
Pada awal Februari tahun ini, sahabat yang juga guru
saya Nasywa Haura Posting di status WAnya tentang group riyadhoh 40 hari. Saya
memang belum jelas tentang aktivitas di riyadhoh ini mau ngapain, awalnya saya
tidak tertarik, namun kok jadi kepikiran, dan memang sejak kuliah saya sudah
terlanjur percaya pada perkataan dan perbuatannya Nasywa –dia adalah teman satu
kelas saya- akhirnya saya join di group Riyadhoh angkatan pertama itu.
Seiring dimulainya riyadhoh, Nasywa menjelaskan bahwa Riyadhoh ini bernama SWTD singkatan dari Selawat Waqiah Tahajjud Duha. Nasywa juga menyarankan untuk sedikit atau banyak agar rutin melakukan sedekah. Jadi semua peserta riyadhoh harus mengerjakan empat amalan itu plus sedekah setiap hari selama 40 hari. Inti dari riyadhoh ini adalah mengenal Allah lebih dekat, bagaimana hanya berharap pada Allah, meminta hanya pada Allah, pokoknya semua Allah, Allah lagi, Allah dulu, Allah terus.
Waktu diminta menulis list keinginan yang belum terwujud, di situ saya hanya menuliskan saya ingin memiliki hati yang bersih, hati yang tidak mudah marah, hati yang fokus pada Allah bukan penilaian manusia. Padahal, saya memiliki keinginan untuk menuliskan bahwa saya mengidam-idamkan anak (lagi), karena memang saya dan suami bercita2 memiliki tiga anak, tetapi saya urungkan niat itu, khawatir saya dibilang gak bersyukur karena memang pada dasarnya saya sudah memiliki dua anak. Akhirnya keinginan itu saya pendam saja sendiri tidak saya catat di list. Namun ketika melaksanakan riyadhoh, keinginan itu saya utarakan ke Tuhan saya.
Riyadhoh berjalan lancar karena memang
amalan-amalan itu sudah saya kerjakan sebelumnya, kecuali tahajud yang blang
blentong, hehe. Beberapa keajaiban
bisa saya rasakan, salah satunya adalah ketenangan, saya lebih tenang
menghadapi apapun.
Perlahan tapi pasti, keajaiban-keajaiban selalu datang di kehidupan saya. Misalnya, di pertengahan Maret saya cek ke
Dokter kandungan, memastikan kondisi saya bisa hamil lagi atau tidak. Namun
masyaAllah, jawabannya sungguh DI LUAR DUGAAN, di mulut rahim saya ada kista.
Ini yang menyebabkan tidak bisa hamil, kata Dokter. Saya kaget, tapi
tetap bisa tenang, karena merasa gak mungkin Allah kasih “ini” kalau
tidak ada obatnya.
Akhirnya saya dikasih obat untuk menghancurkan
kista itu dan setelah obat yang diberikan sesuai takaran habis, saat kembali
konsultasi ke dokter, nahasnya, kista itu masih ada dan ukurannya makin
membesar. Saran dokter harus dioperasi. Kami pun dirujuk ke RS yang lebih besar
untuk melakukan operasi, karena di RS tersebut alatnya kurang lengkap.
Menunggu jadwal kunjung ke Dokter rujukan, kalau
tidak salah di awal Ramadhan, saya punya firasat hamil (karena kondisi badan
yang tidak seperti biasanya, sering pusing dan mual). Kami pun mencari tahu
lewat testpack. Hasilnya, DI LUAR DUGAAN, hasil testpack positif. Antara
bingung, sedih, dan gembira, saya berikan testpack itu ke suami, dia pun
bereaksi sama dengan saya, gembira namun bingung. Karena kista saya memang
belum dioperasi.
Dan dengan penuh cemas dan harap, akhirnya kami
datang ke dokter yang dirujuk itu. Masyaallah, jawabnnya DI LUAR DUGAAN, kata
dokter itu kista saya tidak berbahaya, dan kehamilan saya benar adanya,
kista tidak akan menganggu kehamilan saya, hati saya saat itu basah. Allah...
Selawat dan sedekah semakin kami
giatkan, sebagai bentuk syukur.
Berbulan-bulan saya menjalani kehamilan, dengan
tetap melaksanakan riyadhoh dan membantu sebisanya di SWTD (sebagai admin dan
bergabung di tim Quotes). Alhamdulillah semua berjalan lancar, meski kadang
diselingi mual, pusing, dan sakit gigi. Ketika periksa kehamilan, kami juga
periksa kista, alhamdulillah semakin mengecil. Kami makin percaya bahwa ketika
semua diserahkan ke Allah, pasti diberikan jalan keluar terbaik.
Kemudian, kejadian tidak terduga terjadi di usia 7 bulan kehamilan. Flek keluar begitu saja, kadang setitik kadang banyak. Saya deg-degan, saya khawatir lahir belum waktunya yang tentu mempengaruhi kondisi bayi yang belum matang secara usia. Untuk memastikan kami pun ke dokter. Lagi-lagi jawaban dokter DI LUAR DUGAAN. Di mulut rahim ada polip. Ini yang menyebabkan keluar darah, semakin besar kahamilan semakin memungkinkan darah keluar. Namun dokter menyatakan ini tidak akan menggangu kehamilan. Namun saya tetap ngedrop setiap melihat darah yang datangnya selalu tiba-tiba. Lagi-lagi, kami percayakan semua ke Allah, selawat dan sedekah makin kami tingkatkan.
Ada satu bidan –karena kami periksa di tiga tempat sebagai penguat opini-
yang menyatakan bahwa agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dan
karena riwayat melahirkan saya yang sebelumnya, saya disarankan agar lahiran
melalui operasi cesar apalagi saya punya riwayat lahir cesar sebelumnya. Padahal
kami sangat menginginkan bisa lahir normal, lagi-lagi kami serahkan ke Allah,
bismillah, apapun itu pasti yang terbaik.
Singkat cerita, saat itu kehamilan saya sudah masuk usia ke sembilan bulan, flek masih sering keluar, itu bukan ketuban kata Bidan dan Dokter, itu hanya lendir. Namun, tetap membuat saya merasa takut, setiap rasa takut itu datang, saya bilas sebanyak-banyaknya dengan selawat dan sedekah, alhmadulillah lebih tenang. Bahkan ketika suami izin untuk melaksanakan tugas luar kota, saya mengizinkan dengan santainya, karena saya percaya ada Allah yang akan menjaga saya.
Suami tugas di tanggal 4-6 Des 2020. Di tengah ketiadaan suami, tepatnya di tanggal 5 Desember sore, saya merasakan sakit perut seperti mau melahirkaan, saya tidak sampaikan ke suami, khawatir mengganggu konsentrasinya. Namun saya bilang ke calon bayi dalam rahim, agar menunggu Yandanya pulang dulu. Saya pun ngadu ke Allah, “kumohon Allah, jangan biarkan anak ini lahir tanpa ditemani Yandanya, anak ini harus diazankan dan diiqamatkan oleh Yandanya, bukan orang lain, ku mohon Allah, dengan kuasa-Mu.” Alhamdulillah, sakitnya menghilang.
Kemudian di pagi tanggal 6 Des sakit perut itu datang lagi dan semakin sering. Saya tahan agar tidak mengabarkan suami, namun karena semakin sakit, akhirnya saya tanyakan suami, kapan pulangnya bukan mengabari saya sakit. Alhamdulillah ketika itu, suami bilang bahwa ia sudah di Bandara Soeta menuju ke rumah.
Lalu, seketika suami sampai di rumah, saya sampaikan kita harus ke bidan memeriksakan kandungan saya, dia pun langsung mandi dan kami langsung ke bidan dekat rumah tempat kami biasa cek. Sang bidan bilang, belum waktunya lahiran, kurang lebih dua hari lagi, katanya. Dengan hati tenang Kami pun pulang.
Namun di rumah, setelah shalat isya sakit perut itu datang lagi, lebih rutin namun hanya sebentar. Karena berpegang pada omongan Bidan yang katanya paling tidak dua hari lagi baru bisa lahiran, saya pun tidur dengan sesekali bangun karena merasakan sakit di perut.
Saya tidak tega membangunkan suami, karena saya tahu dia pasti capek banget. Saya usap-usap sendiri bagian yang sakit sambil tak henti selawat, alhamdulillah hilang dan saya bisa tidur nyenyak.
Namun, akhirnya saya harus membangunkan suami di jam 02.30 karena sakit yang saya rasakan semakin menjadi-jadi, karena saking sakitnya saya pun berteriak, sambil terus selawat, saya sampaikan ke suami, bahwa kita sudah harus ke Bidan. Di perjalanan menuju Bidan, sambil menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, tak henti saya berzikir minta Allah bantu, minta Allah mudahkan, minta Allah kasih lahir normal. Dan di situ saya bernazar, jika memang bisa lahiran normal, saya akan bebaskan orang-orang yang berhutang ke saya.
Dan kuasa Allah.... sampai di Bidan, saya langsung masuk ruang bersalin, posisi kepala bayi sudah di jalan keluar katanya, saya diminta mengeran, tiga kali mengeran bayi keluar. Alhamdulillah, semudah itu buat Allah membahagiakan kami, semudah itu Allah membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, semudah itu.
Suami menangis sambil tak henti menciumi saya, “Ya Allah Bun, mudah banget, cantik anaknya, terima kasih Bun.”
Semudah itu Allah membuat sesuatu yang DI LUAR DUGAAN menjadi DALAM DUGAAN.
Terima kasih SWTD.
Salam. Azzah Zain Al Hasany
MasyaAllah ... Semoga menjadi anak yg shalih bunda...
BalasHapusAamiiin ya Rabb. makasih doanya teh. semoga kita smua bisa mnjadi orang tua yang sholeh sehingga anak-anak kita pun begitu ya teh
HapusMaa syaa Allah turut berbahagia saya mendengarnya teh Azizah 😍
BalasHapusbetul teh. sungguh tidak ada yang tidak mungkin, jika kita hanya berharap pada-Nya. hanya bersandar pada-Nya
HapusMasyaallah,, manisnya iman,,dan cinta Allah SWT
BalasHapusiya teh. semoga kita semua dimudahkan Allah untuk istiqomah di jalan-Nya ya
Hapus
BalasHapusMasyallah.. Semoga sya jg bisa lahiran normal, sehat dua2 y dan Allah permudah semua y. .aamiin
Aaamiiin ya Rabb... semoga Allah mengabulkan keinginan-keinginan teteh ya
HapusSubhanallah semoga menjadi anak yg Sholeh yah, semoga aku juga bisa, melahirkan normal dan segera hamil aamiin
BalasHapusAaamiiin ya Rabb... semoga Allah mengablukan semua keinginan teteh ya. Aaamiiin ya Rabb
HapusMasya Allah
BalasHapusBarokallaah yaa tth
barakallah lanaaa..... makasih doanya ya teh
HapusMasya Allah tabarakallah ... terharu sy baca ya teh ..😢😢😢
BalasHapussaya pun nulisnya sambil mengharu biru teh, hehe. barakallah lanaaa
HapusMaa syaa Allah tabarokallah,, teh Azzah saya ikut terharu membaca kisah teteh,, semoga Allah selalu memberikan berkahnya,aamiin
BalasHapusAaamiiiin ya Rabb. makasih teh doanya
HapusMaa Syaa Allah.......
BalasHapus