MPO ELA


Mpo Ela kami memanggilnya. Waktu kecil, ia adalah salah satu murid Ummiku. Sesudah dewasa dia menikah dan memiliki dua anak, namun kemudian suaminya tergoda dan menggoda perempuan lain sehingga dengan ringan hati meninggalkan Mpo Ela dengan kedua anaknya yang saat itu masih usia sekolah.

Mpo Ela tangguh, dia memilih untuk meninggalkan suaminya, dan memutuskan pulang kembali ke rumah orang tuanya. Mpo Ela gigih, dia bekerja apa saja asal bisa mendapatkan uang untuk bisa membiayai kedua anaknya. Suatu waktu, dia datang ke rumah dan menanyakan adakah pekerjaan untuknya, waktu itu aku belum bekerja dan belum punya bayangan akan memberikan pekerjaan apa ke dia. Sedih karena tidak bisa mengurangi bebannya, sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, kecuali "Insyaallah nanti, kalo Ijeh ada info, dikabarin ya Mpok". Kataku yang saat itu aku sangat berharap bisa melegakan sedikit beban yang ditanggunnya.

Selang beberapa tahun setelahnya, aku mendapatkan pekerjaan yang mautidakmau harus meninggalkan anak-anak di rumah. Aku diskusi sama si Kaka (suamiku), dan saat itu kami langsung teringat dan menghubungi Mpok Ela dan alhamdulillah dia mau membantuku. Hingga kini, kurang lebih 10 tahun Mpo Ela membantuku mengurus anak-anak. Dan dia telah memiliki panggilan khusus untukku anak-ananku, panggilan yang tidak orang lain panggil, untuk Nenk Shofia biasanya dia akan memanggil Izzati, atau Nenk Botto (cantik: Bahasa Betawi) klo Nenk lagi butuh dibujuk buat makan, mandi dll. Untuk Abang Ramzi, Mpo Ela memiliki panggilan Hubbina Fillah (nama belakang Ramzi). Nama adalah doa, dan aku suka cara Mpo Ela memanggil kedua anakku itu. 
Idul Fitri terakhir Bersama Ummi, 2017. (Mpo Ela berjilbab Tosca)
Mpo Ela baik, rajin dan tidak pernah mengeluh, puasa Senin Kamisnya rutin (kecuali datang bulan dan sakit). Aku merasa sangat yakin menitipkan anak-anakku padanya, merasa sangat aman ketika harus meninggalkan anak-anak berhari-hari ketika harus tugas luar kota.  Alhamdulillah, Allah telah memberikan support system yang benar2 unggul untuk membantuku menjaga anak-anak.

Waktu Nenk Shofia bisa bicara setiap ditanya Nenk anak siapa?, Dia akan menjawab dengan suaranya yang masih cadel, “mama piya” (Mama Mpo Ela). Awalnya ada cemburu ketika mendengar jawaban itu, namun setelah menyadari waktu Nenk memang lebih banyak menghabiskan hari bersama Mpo Ela, buat apa cembur?, toh Mpo Elanya baik dan Nenk sangat bergantung sama Mpok Ela hingga memanggilnya Mama. (Kejadian ini banyak terjadi pada Ibu Pekerja yang sering meninggalkan anaknya, untuk itu mencari dan memilih support team menjadi hal yang sangat susah, selaiknya mencari jodoh. Alhamdulillah, joddohku Mpo Ela, Alhamdulillah)

Sedangkan Abank Ramzi hingga saat ini di usianya 11 tahun, klo ada apa-apa, kalo butuh sesuatu misalnya, pasti yang dicari mpo Ela, meski ada Bundanya, bahkan meski ketika Mpo Ela libur. "Eh salah, Bundaaa..." Panggilnya ketika mendapati Mpok Ela gak ada di rumah.

Ketika Ummi (Allah yarham) sakit, selain aku dan kedua adikku yang mengurus ummi, ada Mpok Ela yang tidak memiliki hubungan darah dengan kami, namun dengan ikhlas membantu mencuci bekas pesing Ummi, membantu membersihkan kotoran Ummi, memijit, mengurut, menuruti apapun keinginan Ummi. Mpo Ela gak pernah mengeluh, tidak pernah perhitungan. 
@Mercure Hotel, Ancol, Jakarta (2015)
Dibegituin sama Mpo Ela, Ummi pesan. "Ntar, Lu klo punya rizki berangkatin umrah tuh si Akib, Anaknya udah bae banget ama gua". Begitu pesan Umi dengan gaya Betawinya yang kental suatu kali saat aku memijitinya. Abeh Akib adalah ayahnya Mpok Ela, teman Ummi saat kecil, profesinya sedari aku kecil hingga anak kecilku sudah tidak lagi kecil adalah sebagai muezzin di masjid depan rumahku, aku ingat bahkan ketika dia sakit, dia tetap melaksanakan tugasnya menyerukan agar orang-orang shalat. Dan di antara orang2 tua di kampungku, Abeh Akib salah satunya yang belum pernah ke Tanah Suci. Ummi (Allah yarham) sangat ingin membalas budi kebaikan anaknya yang sudah bersangat baik padanya yaitu dengan memberangkatkan Abehnya ke Tanah Suci, impian semua orang, Ummi sangat tahu bahwa Abeh Akib sangat menginginkan itu. Makanya, Pesan serupa itu, berkali-kali Ummi (Allah yarham) sampaikan kepadaku "Doain ada rizkinya ya Miiii" jawabku di setiap Ummi berpesan seperti itu.

Seratus hari setelah Ummi (Allah yarham) meninggal, aku mengingat-ingat lagi apa pesan dan amanah Ummi yang belum terjalankan, dan pesan itu salah satunya. Aku bicarakan ke Suami dan  adik-adik, mereka bilang ayo bismillah, Kita bareng-bareng. Mendapat support dari mereka, aku yakin pesan Ummi  (Allah yarham) yang satu ini bisa kami laksanakan. Bismillah dengan niat berbakti kepada orang tua. Bismillah.

Kini, setahun setengah sudah Ummi (Allah yarham) meninggalkan kami. Alhamdulillah, insyaAllah semua amanah sudah dijalankan. Alhamdulillah, Minggu siang jam dua (26 Oktober 2019), kami mengantar bukan hanya Abeh Akib, namun Enyak Sumyati (istri Abeh) dan juga Mpo Ela ke Bandara Soekarno Hatta untuk selanjutnya ke Tanah Suci, melakukan umrah. 
Saat di Bandara, kiri ke kanan berbaju seragam (Mpo Ela, Enyak dan Abeh)
"Makasih ya Jeh, Enyak gak bisa bales apa-apa. Biar Allah yang balas semua!" Kata Enyak saat kami akan melepasnya. matanya berkaca-kaca, aku ketularan, mataku basah, aku cium kedua pipinya, aku inget Ummi, mataku makin basah. Sedangkan Mpok Ela sedari awal diberi tahu akan berangkat Umrah bersama kedua orang tuanya hanya bisa menangis. Menangis bahagia. “Itu balasanmu Mpok, balasan orang ikhlas, balasan orang baik yang berbuat baik hanya karena Allah tanpa menuntut apa-apa, kebaikan yang tanpa pengaruh ocehan orang, kebaikan tanpa batas, tanpa harap balas.” Kataku.

Selamat menjalankan ibadah umrah Mpok Ela, Enyak, dan Abeh,  semoga mabrur. Doakan kami agar bisa berbaik-baik ikhlas sepertimu.



(saat ini aku merasa Ummi hadir mencium kedua pipiku. Alfatihah)

Pondok Kelapa, 04.30
Senin, 27 Oktober 2019


Komentar

Posting Komentar