JUM'AT
Mereka bilang setiap hari sama, aku bersikeras tidak, mereka berbeda, terkhusus Jum’at, Rasanya, baunya tak sama. I do love Friday. Celestial. Dari dulu, dari aku mulai tahu bahwa Jum’at itu nikmat, bahagianya lekat, kebaikannya dibalas berlipat, doa diijabah tanpa telat, baunya tak pernah bisa diralat. Ratusan rima lahir di hari itu, dopamin, serotonin, luber. Aku terpelet. Sejak dulu.
Aku hanya minta sedikit sama Tuhan terkait bocah laki dan bocah perempuan yang kucintai melebihi apapun itu, aku hanya ingin, kelak ketika tiba masanya, aku ingin bahagia mengembalikannya, mengembalikan adiknya, sebahagia aku ketika menerimanya dulu. Kuyakin Tuhan mengabulkannya.
Duh Jum’at sore. Jum’at sore yang ditemani rintik hujan, dan alhamdulillah aku bisa pulang ikut bis jemputan dan dapat duduk tepat di samping jendela yang tidak rusak. Duh cinta…
July 2018
Azzah Zain Al Hasany
Selamat Jum'at, berbahagialah!
Mereka bilang setiap hari sama, aku bersikeras tidak, mereka berbeda, terkhusus Jum’at, Rasanya, baunya tak sama. I do love Friday. Celestial. Dari dulu, dari aku mulai tahu bahwa Jum’at itu nikmat, bahagianya lekat, kebaikannya dibalas berlipat, doa diijabah tanpa telat, baunya tak pernah bisa diralat. Ratusan rima lahir di hari itu, dopamin, serotonin, luber. Aku terpelet. Sejak dulu.
Kini, di sebuah Jum’at
sore, cinta itu bertambah hebatnya ketika bisa pulang kerja nebeng jemputan, dapat
duduk persis di samping jendela yang bisa dibuka, kemudian di tengah jalan
turun hujan rintik-rintik, (maka nikmat mana lagikah yang kau dustakan?).
Jum’at sore, bis jemputan, hujan, dan jendela yang tidak rusak, sungguh sebuah
perpaduan terindah ciptaan Tuhan.
Lalu di situ, di tempat
duduk yang pasti dengan sengaja kubuka jendelanya, kubiarkan air hujan membasahi
wajah, kubiarkan Tuhan bercanda denganku, duh, indahnya. Di tengah keindahan
itu, kubiarkan otakku berkeliaran seliar ia mau, mengangeni apapun, siapapun
yang ia ingini, dan kulepaskan hatiku mendoakan apapun, siapapun yang
terlintas, tentang keinginanku, keinginan dia, keinginan mereka, keinginan
kami, keinginan siapapun, semoga Tuhan mengabulkannya dengan cara yang disadari
sang peminta. Duh, Jum’at sore, duh Jum’at sore yang dibarengi hujan, duh
Jum’at sore yang dibarengi hujan dan aku bisa pulang naik jemputan dan bisa
dapat kursi tepat disamping jendela yang kacanya bisa dibuka. Duh Allah, duh
cinta, duh Jum’at, duh Hujan.... love exteremly you all.
Sekelebat, teringat
betapa menyebalkannya sebuah mulut tadi di kantor, betapa menyakitkannya sebuah
perbuatan, betapa mungkin diri ini juga lupa kalau mulut dan perbuatan ini juga
menyebabkan sebal dan sakit hati bagi siapapun. Senyum-senyum sendiri (betapa
diri ini hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti), menghamparlah doa2 untuk
mereka, untukku, untuk dia, semoga Tuhan memberi kesadaran akan indahnya
berbuat baik dan memaafkan. Duh Jum’at sore yang dibarengi hujan dan aku bisa
naik bis jemputan dan dapat duduk persis di samping jendela yang tidak rusak.
Kemudian, air hujan
mengirim seorang perempuan ke ingatan. Perempuan tua yang tengah melawan rasa
sakitnya, membunuh egonya yang tidak sama sekali nafsu memasukan apapun ke
dasar lidahnya, lalu berjuang mati2an membujuk lidah agar sedikit saja mau merasakan
apa yang tak terasa, mengunyahnya, menelannya, agar tubuh bisa sekedar duduk, menggerakkan
tangan untuk sekedar takbir, memberi kekuatan tulang2 di sekitar mulut untuk sekedar
membaca basmallah, mengucap hasbunallah, lalu berjuang sekuat
tenaga agar sesedikit apapun yang masuk tadi tidak termuntahkan lagi.
Aku teringat perempuan
tua itu, yang dalam keadaan begitu lemahnya, masih saja memikirkan aku,
anak2ku, suamiku, ke masjidkah si Abank, ke manakah si Enenk, masih keingetan
anak yatim di sana yang sebentar lagi lulus pesantren, mau disekolahkan kemana
selanjutnya? Padahal, untuk dirinya sendiri saja ia tidak pikirkan. Tidak pernah.
Aku teringat perempuan tua
nan mulia itu, perempuan yang telah mengorbankan jiwa raganya untukku, sumpah
mati aku dulu betapa amat benci padanya, seenaknya melarang main, semaunya
memarahi ketika aku tak juga beranjak dari depan televisi, seenaknya mencubit
ketika azan shubuh kubalas dengan mendekap guling lebih erat. Sumpah mati, kini
aku cinta mati padanya, apapun yang kukerjakan sekarang untuknya, karenanya,
deminya. Semua amal baik yang kuniatkan, kulakukan, semua untuknya, tak untuk
yang lain, apalagi diriku sendiri.
Ya Allah, sayangi
perempuan itu melebihi sayangnya padaku, sayangi perempuan itu melebihi
sayangnya pada apapun, sayangi ia Tuhan melebihi sayangnya padaMu.
Aku teringat perempuan
itu, dan hatiku tak henti mendoakan kebaikan untuknya, hatiku basah, wajahku
basah, aku cinta. Izinkan aku dengan sisa umurku, bersholeh-sholeh padanya
Tuhan. Izinkan.
Lalu aku teringat lelaki,
lelaki kemarin sore yang sudah dua kali membebaniku perut besar yang sampai kencing pun
harus dibawa. Lelaki yang terlalu dini sudah mencipta syurga mini untukku di dunia. Lelaki
yang berjanji jiwa raga bersumpah atas nama Tuhannya untuk menyenangkanku dunia
akhirat, apapun yang terjadi. Lalu meluncurlah doa-doa kebaikan untuknya.
Aku teringat bocah
perempuan yang susahnya minta ampun klo disuruh makan sayur, susah minta ampun
disuruh mengalah saat berdebat, bertengkar dengan abangnya. Namun mudah minta ampun klo
dimintakan tolong ke warung, mudah minta ampun diminta meminta maaf, dan gemas
bukan main saat mendengarnya bercerita. Doa2 kebaikan meluncur mulus untuknya.
Semoga Allah menjaganya hingga akhit hayat, menjadikannya sholeh, menjadikan
otak dan hatinya cerdas, mengizinkan hanya yang halal dan baik yang masuk ke
dalam tiap lubang yang ada pada dirinya, pada lobang kulit, lobang hidung, lobang mulut, lobang otak dan lainnya. Duh Jum’at, duh Jum’at sore yang
dibarengi hujan dan aku bisa pulang naik bis jemputan dan dapat duduk persis di
samping jendela yang bisa kubuka. Tetiba Aku rindu pada panggilan “bunda” dari
bocah itu.
Pemuda masa depan tak
mau kalah. Datang juga dia di ingatan. Aroma tubuhnya mengayun2 di otak. Inilah
lelaki pertama yang aku ikhlas mengorbankan jiwa ragaku deminya, mengikhlaskan
seluruh ikhtiar kebaikan untuknya. Lelaki itu telah mencanduiku dengan bau
ketiaknya, bau mulutnya sebangun tidur, memeletku dengan tatapan mata yang aku
senang sekali memaknainya, “aku sayang Bunda..”.
Lelaki itu minta
didoakan menjadi astronot. Lalu tiba2 ku tertawa, ketika suatu sore dia
menghampiriku lalu berkata “Bunda, cita2ku kan jadi astronot, klo gagal aku
sudah punya pilihan ya.” katanya dengan sorot mata yang subhanallah, aku senang
sekali memaknainya.
“apa nak?” tanyaku
“jadi pelawak.” katanya
Lalu kami bersama2
tertawa.
"Kok pelawak"
"Iya, biar bisa ngibur orang"
"Kok pelawak"
"Iya, biar bisa ngibur orang"
Aku hanya minta sedikit sama Tuhan terkait bocah laki dan bocah perempuan yang kucintai melebihi apapun itu, aku hanya ingin, kelak ketika tiba masanya, aku ingin bahagia mengembalikannya, mengembalikan adiknya, sebahagia aku ketika menerimanya dulu. Kuyakin Tuhan mengabulkannya.
Duh Jum’at sore. Jum’at sore yang ditemani rintik hujan, dan alhamdulillah aku bisa pulang ikut bis jemputan dan dapat duduk tepat di samping jendela yang tidak rusak. Duh cinta…
July 2018
Azzah Zain Al Hasany
Selamat Jum'at, berbahagialah!
![]() |
The Loves |
luv yu all
BalasHapusluv you too Yanda
Hapus