D.CAPUCINO. KAFE ISLAMI PERTAMA DI KAIRO

Sebenarnya, kafe D.capucino sama dengan kafe-kafe yang lain. Tetapi yang unik adalah kafe ini didaulat sebagai kafe Islami pertama di Kairo. Di kafe ini pengunjung pria dan wanita dipisahkan, pelayannya berjenggot, tidak ada musik yang dimainkan, dan dilarang merokok. Ini adalah pertama kali Mesir memiliki kafe semacam ini, di mana di dalamnya terdiri dari tiga ruang, ruang khusus laki-laki, ruang khusus perempuan dan ruang khusus keluarga, dan kafe ini tutup ketika waktu shalat datang.Pemilik kafe ini mengatakan bahwa misi didirikannya kafe ini adalah untuk merefleksikan nilai-nilai moral yang baik, dan mereka berharap para pengunjung bisa merasa nyaman di dalamnya.



TREN BARU MESIR
Dewasa ini peta politik mayoritas muslim Mesir memperlihatkan kemajuan. Setelah revolusi Mesir yang terjadi pada 25 Januari 2011 lalu, hal ini membuktikan sebuah perkembangan tren Islam.
 D.Capucino sudah dipublikasi di media social Facebook sebagai “Kafe Santai Resmi”. Dibuka dari jam 7.30 pagi sampai ajam 2.00 siang. Seperti Kafe-Kafe lain di Mesir, di kafe ini juga pengunjung bisa mendapatkan pizza, cocktail, kue keju, kue mangkuk dan makanan lezat lainnya.

Setelah sekian lama tertekan dan termarjinalkan, kaum muslim Mesir akhirnya bisa melakukan aktifitas sosial dalam skala besar dan bisa mendirikan partai politik. Bahkan parlemen pertama setelah revolusi Mesir berasal dari kalangan muslim, presiden pertama setelah itu, Mohammad Morsi, berasal dari kalangan muslim juga, dan konstitusi baru yang telah disetujui oleh referendum dikendalikan oleh hokum Islam. Pemilik Kafe tidak mau menyebutkan kafe mereka sebagai kafe muslim radikal tetapi mereka lebih setuju disebut sebagi kafe muslim konservatif. Ketika Muhammad Al-Arifi, ulama dari Saudi mengunjungi Kairo bulan lalu dan mengunjungi kafe itu, Beliau menyatakan di akun twitternya “Kafe ini sangat sopan”.

BERAGAM REAKSI MENANGGAPI KAFE INI

Ide mendirikan kafe Islam menjadi perdebatan di berbagai media social. Beberapa komentator menanyakan “mengapa Islam harus mengurus kafe? Mengapa tidak konsentrasi ke masjid dan kegiatan-kegiatan amal. Sebagian mereka marah dengan label “Islam” pada Kafe itu. Karena menurut mereka pemilik kafe menjual label Islam.

Mesir memang baru dalam hal membedakan jenis kelamin di kafe, sedangkan dalam pemisahan konsep secara keseluruhan, sejak lama orang-orang Mesir memiliki gerbong “khusus wanita”. Dan suara–suara tersebut pada dasarnya menolak kafe karena mereka menakutkan Islam berkembang dan mendominasi.Ironisnya, komentar terpedas datang dari kaum muslim sendiri, yang senantiasa mencari model gaya hidup Rasulullah. “Islam dan kafe itu bertentangan. Pernahkah kalian tahu ada kafe di masa awal-awal Islam?” Hany Ismail Mohamad, seorang anggota partai Al-Nour Salafi mengungkapkan kebingungannya. Tetapi lebih dari itu, kebanyakan pengunjung kafe menyukai tempat dan kenyamanan yang ada di dalamnya.
Bahkan Jauh sebelum kafe ini ada, di Alexandria dan di Pesisir Utara ada pantai “khusus wanita” dan kolam renang khusus wanita di klub olah raga. Selain itu, di sana juga ada tempat olah raga khusus laki-laki dan khusus perempuan.
Beberapa kafe di Mesir mencegah kelompok hijab untuk masuk ke dalamnya, pusat kebugaran dan pantai mencegah kelompok Niqab. Sedangkan Opera House memaksa untuk menggunakan pakaian formal saja. Kemudian jika dianalogikan, apa yang salah dengan adanya kafe D.capucino. Artikel ini disarikan dari OnIslam.net dengan judul asli Cairo's First "Islamic" Café ditulis oleh Yumna ElSaeed. gambar-gambar di atas diambil dari www.Onislam.net

Azzah Zain Alhasany (as translator)


Komentar