Yasmin Mogahed

Kali ini kita akan membahas topik yang sangat menarik, bagaimana kita mempersiapkan diri menyambut Ramadhan guna melatih hawa nafsu kita.
Untuk memulai topik ini dan pembahasan bagaimana kita memasuki Ramadhan, kita harus memulainya benar-benar dari dasar, dan permulaan itu kembali ke pertanyaan dasar apa tujuan hidup kita? Untuk apa eksistensi kita?
Ini adalah pertanyaan lawas yang pernah dipertanyakan oleh banyak orang, termasuk filosof, seperti asal mula adanya manusia, mengapa kita ada di dunia? Apa tujuan kita? Mengapa kita ada di dunia ini? Dan apa rencana kita untuk menyempurnakan ini?
Intisari ibadah
Sebelum tema ini dibahas oleh banyak filosof, Allah SWT, telah memberikan jawaban yang sangat gamblang terkait dengan pertanyaan ini. Allah berfirman dalam Al-Qur’an “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku (Adh-dhariyat 51;5)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk satu tujuan: Untuk menyembah Allah. Jadi alasan kenapa kita ada, alasan kenapa kita diciptakan hanya untuk satu tujuan itu. Tafsir ayat ini penting karena jika kita perhatikan susunannya ayat ini dimulai dengan sebuah kalimat negasi, hal itu menyatakan bahwa Allah tidak hanya berkata bahwa ia menciptakan manusia tanpa tujuan, tetapi Allah berkata bahwa Dia tidak menciptakan manusia untuk tujuan.
Untuk mempemudah memahami ayat ini kita harus bisa mendefinisikan konsep ibadah Mungkin ayat ini sering kita dengar, tetapi pertanyaannya adalah apakah arti ibadah sesungguhnya. Ketika Allah berkata bahwa tujuan penciptaan manusia adalah ibadah, ibadah ini bisa didefinisikan sebagai hidup kita sesungguhnya, hidup di alam semesta dimana setiap detik dari hidup kita sesuai dengan maksud Sang Maha Jadi keinginan kita sama dengan apa yang Tuhan inginkan, rencana dan tujuan kita adalah apa yang Tuhan rencanakan.
Ketika kita benar-benar beribadah, puncak dari ibadah itu ketika kita berada dalam satu entitas dengan Sang Pencipta, dan itulah kedamaian. Ketika kita sedang meneyembah Tuhan, konsekwensinya adalah kita mencapai kedamaian dan kedamaian itu berawal dari dalam diri kita, dan ketika kita memiki kedamaian itu di dalam diri kita, kita bisa mengaktualisasikan kedamaian itu ke sekeliling kita.
Jika kita memperhatikan Asmaul Husna, di sana ada Al-salam yang berarti, penyelamat, pemberi kedamaian. Allah adalah kedamaian. Dalam sebuah hadits, Muhammad SAW dalam salah satu doanya, Beliau berkata, “Wahai Allah sumber kedamaian dan dari-Mu kedamaian datang"
Inti kedamaian
Sekarang jika kita berfikir tentang konsep Allah sebagai sumber kedamaian, ini mengartikan bahwa tidak ada jalan lain untuk mencari kedaiaman kecuali dari sumber ini. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-NYA kepada jalan yang lurus (Islam) Yunus 10:25 25)
Allah berfirman bahwa Allah mengajak kita ke rumah yang penuh kedamaian, syurga. Coba kita fikirkan metafora ini? Bayangkan bahwa seseorang berada di tengah padang pasir dan mereka susah payah mencari air dan hanya ada satu sumber mata air yang berada di padang pasir itu. Sekarang coba fikirkan apa yang akan terjadi jika kita berada jauh dari sumber mata air itu. Jika kita jauh dari sumber mata air itu, yakinkah kita bisa menghilangkan dahaga? Dan jika kita jauh dari mata air itu, apakah kita bisa memberikan air itu ke orang lain?
Satu-satunya cara untuk menghilangkan dahaga kita adalah dengan mendekati sumber mata air itu. Jadi hanya dengan mendekati sumber mata air itulah, kita bisa menghilangkan dahaga kita dan tentu saja kita bisa berbagi kepada orang lain. Tetapi jika kita jauh dari sumber air itu kita bisa mati kehausan.
Sama, kita tidak akan pernah merasakan indahnya kedamaian, jika kita jauh dari Allah, pemilik sumber kedamaian. Jika kita dekat dengan sumber kedamaian itu kita bisa memiliki lebih dari apa yang kita inginkan. Sama ketika Semakin dekat kita dengan sumber air semakin banyak air yang akan kita dapatkan, begitu juga jika semakin dekat kita dengan sumber kedamaian semakin banyak pula kedamaian yang akan kita miliki.
Penting untuk dipahami bahwa hidup ini bukan hanya urusan pisik belaka Tetapi hati, jiwa kita untuk Allah SWT Dan hati itu bukanlah oran pisik, hati adalah bagian yang langsung menghubungkan manusia pada tuhannya baik di dunia maupun di akhirat.
Ada dua cara yang harus dilakukan agar bisa dekat dengan Sumber Kedamaian ini Allah SWT berfiman “Dialah yang mengutus Kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNYA kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, Dan sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata. Al-Jumu’ah 62;2 2)
Allah berfirman bahwa Beliau mengirimkan di antara orang-orang yang buta huruf seorang dari golongan mereka, seorang rasul SAW, untuk satu tujuan, mengajarkan mereka kitab suci dan hikmah.
Jika kita perhatikan, ada dua komponen dalam ayat ini Yang pertama adalah ilmu pengetahuan. Allah berkata bahwa Beliau mengirimkan seorang utusan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan dan membersihkan mereka, karena sebelumnya mereka adalah orang-orang tersesat. Dan komponen kedua dalah supaya mereka bisa mendapatkan kedamaian Allah SWT, dengan cara mencari ilmu pengetahuan dan kebersihan diri.
Jadi, jika kita ingin melakukan perjalanan ke sumber kedamaian, kita harus melakukan proses tazkiyah ini, proses pembersihan jiwa......
bersambung
Artikel ini adalah terjemahan dari artikel seorang jurnalis internasional, Yasmin Mogahed dengan judul asli Ramadan Countdown: Preparing for the Best Month of the Year yang dipublikasikan di www.onislam.net Pada 12 Juni 2012
Azzah Zain al Hasany (translator)
Komentar
Posting Komentar